Minggu, 17 Oktober 2010

Puisi Baru


Sekilas Puisi Baru

Puisi baru tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan bentuk persajakan dalam puisi lama sudah berubah dalam puisi baru.

Berdasarkan jumlah baris dalam kalimat pada setiap baitnya, puisi baru dibagi dalam beberapa bentuk puisi, yaitu:

1. Distikon

Sajak yang berisi dua baris kalimat dalam setiap baitnya, bersajak a-a.

Contoh:

Baju berpuput alun digulung

Banyu direbus buih di bubung

Selat Malaka ombaknya memecah

Pukul memukul belah-membelah

Bahtera ditepuk buritan dilanda

Penjajah diantuk haluan diunda

Camar terbang riuh suara

Alkamar hilang menyelam segara

Armada peringgi lari bersusun

Malaka negeri hendak diruntun

Galyas dan pusta tinggi dan kukuh

Pantas dan angkara ranggi dan angkuh

( Amir Hamzah )

2. Tarzina

Sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah kalimat. Tarzina bersajak a-a-a; a-b-c; a-b-b;

Contoh:

BAGAIMANA

Kadang-kadang aku benci

Bahkan sampai aku maki

……………… diriku sendiri

Seperti aku

Menjadi seteru

……………….diriku sendiri

Waktu itu

Aku ……………………..

Seperti seorang lain dari diriku

Aku tak puas

Sebab itu aku menjadi buas

Menjadi buas dan panas

( Or. Mandank )

3. Kuatrin

Sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat buah kalimat. Kuatrin bersajak ab\ab, aa-aa, ab\ab atau aa\bb.

Contoh:

NGARAI SIANOK

Berat himpitan gunung Singgalang

Atas daratan di bawahnya

Hingga tengkah tak alang-alang

Ngarai lebar dengan dalangnya

Bumi runtuh-runtuh juga

Seperti beradab-adab yang lepas

Debumnya hirap dalam angkasa

Derumnya lenyap di sawah luas

Dua penduduk di dalam ngarai

Mencangkul lading satu-satu

Menyabit di sawah bersorak sorai

Ramai kerja sejak dahulu

Bumi runtuh-runtuh jua

Mereka hidup bergiat terus

Seperti si Anok dengan rumahnya

Diam-diam mengalir terus

( Rifai Ali )

4. Kuint

Sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris kalimat dalam setiap baitnya. Kuint bersajak a-a-a-a-a.

Contoh:

HANYA KEPADA TUAN

Satu-satu perasaan

Yang saya rasakan

Hanya dapat saya katakana

Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan

Yang saya rasakan

Hanya dapat saya kisahkan

Kepada Tuan

Yang pernah di resah gelisahkan

Satu-satu desiran

Yang saya dengarkan

Hanya dapat saya syairkan

Kepada Tuan

Yang pernah mendengarkan desiran

Satu-satu kenyataan

Yang saya didustakan

Hanya dapat saya nyatakan

Kepada Tuan

Yang enggan merasakan

( Or. Mandank )

5. Sektet

Sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam buah kalimat dalam setiap baitnya. Sektet mempunyai persajakan yang tidak beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan atau rima bunyi.

Contoh:

BUNDA DAN ANAK

Masak jambak

Buah sebuah

Diperam alam di ujung dahan

Merah

Beuris-uris

Bendera masak bagi selera

Lembut umbut

Disantap sayap

Kereak pipi mengobat luas

Semarak jambak

Di bawah pohon terjatuh ranum

Lalu ibu

Di pokok pohon

Tertarung hidup, terjauh mata

Pada pala

Tinggal sepenggal

Terpercik liur di bawah lidah

6. Septina

Sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh buah kalimat. Sama halnya dengan sektet, persajakan septina tidak berurutan.

Contoh:

API UNGGUN

Diam tenang kami memandang

Api unggun menyala riang

Menjilat meloncat menari riang

Berkilat-kilat bersinar terang

Nyala api nampaknya curia

Hanya satu cita digapai

Alam nan tinggi, sunyi, sepi

(Intojo)

7. Stanza

Sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza disebut juga oktava. Persajakan stanza tidak beraturan.

Contoh:

PERTANYAAN ANAK KECIL

Hai kayu-kayu dan daun-daunan

Mengapakah kamu bersenang-senang?

Tertawa-tawa bersuka-sukaan?

Oleh angin dan tenang, serang?

Adakah angin tertawa dengan kami?

Bercerita bagus menyenangkan kami?

Aku tidakmengerti kesukaan kamu!

Mengapa kamu tertawa-tawa?

Hai kumbang bernyanyi-nyanyi!

Apakah yang kamu nyanyi-nyanyikan?

Bunga-bungaan kau penuhkan bunyi!

Apakah yang kamu bunyi-bunyikan?

Bungakah itu atau madukah?

Apakah? Mengapakah? Bagaimanakah?

Mengapakah kamu tertawa-tawa?

(Mr. Dajoh)

Bentuk-bentuk puisi baru berdasarkan isi yang terkandung di dalamnya adalah:

1. Ode

Sajakatau puisi yang isinya mengandung pujian kepada seseorang, bangsa dan Negara, atau pun sesuatu yang dianggap mulia. Karena isinya itulah, ode disebut juga sebagai puji-pujian. Persajakan ode tidak beraturan atau bebas.

Contoh:

· Menara sakti ( Kepada arwah HOS. Cokroaminoto) , karya A Hasjmy

2. Himne

Sajak pujaan, yaitu puji-pujian kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Himne disebut juga sajak atau puisi ketuhanan.

Contoh:

· Padamu jua, karya Amir Hamzah

3. Elegi

Elegi merupakan sajak duka nestapa. Isi sajak ini selalu mengungkapkan sesuatu yang menyayat hati, mendayu-dayu dan mengharu-biru.

Contoh:

· Bertemu, karya Sutan Takdir Alisyahbana

4. Epigram

Sajak atau puisi yang berisi tentang ajaran-ajaran moral, nilai-nilai hidup yang baik dan benar, yang dilukiskan dengan ringkas. Terkadang ditulis dengan kata-kata atau kalimat-kalimat sindiran atau kecaman pahit.

Contoh:

· Pemuda, karya Surapati

5. Satire

Sajak atau puisi yang isinya mengecam, mengejek dengan kasar (sarkasme) dan tajam (sinis) suatu kepincangan atau ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.

Contoh:

· Marhaen, karya Sanusi pane

6. Romance

Romance adalah sajak atau puisi yang berisi tentang cinta kasih. Cinta kasih ini tidak hanya cinta kasih antara dua orang kekasih, tetapi juga cinta kasih dalam bentuk lainnya. Misalnya cinta terhadap suasana damai dan tentram, cinta keadilan, cinta terhadap bangsa dan Negara juga cinta kepada Tuha.

Contoh:

· Anakku, karya J.E. Tatengkeng

7. Balada

Sajak atau puisi yang berisikan cerita atau kisah yang mungkin terjadi atau hanya khayalan penyairnya saja.

Contoh:

· Kristus di Medan Perang, karya Situr Situmorang

8. Soneta

Soneta adalah salah satu bentuk puisi baru yang berasal dari Italia dan masuk ke Indonesia melalui pemuda terpelajar Indonesia yang belajar di Eropa, terutama Belanda.Tokoh sonata terkenal dan dianggap sebagai bapak sonata Indonesia adalah Mohammad Yamin dan Rustam Effendi.

Soneta yang asli terdiri atas empat belas kalimat seluruhnya. Namun sonata yang ada di Indonesia jumlah barisnya lebih dari empat belas kalimat. Tambahan baris kalimat dalam sonata tersebut dinamakan koda atau ekor.

Contoh:

· Kehilangan Mestika, karya A. Kartahadimadja

· Untuk Tini Kusuma, karya Moch. Yamin

Sumber : http://linguafranca28.wordpress.com/2009/01/21/puisi-baru/

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Reddit

1 Comment:

Rmx said...

copas ?

Posting Komentar

 

Blognya Aldi Copyright © 2009 LKart Theme is Designed by Lasantha